Kamis, 23 Juni 2016

Jangan Ketinggalan, Bangun Bisnis Bisa Sambil Kuliah!

THINKSTOCKPHOTOS 
Memulai bisnis sedari muda, bahkan sejak masih berstatus mahasiswa, bukanlah hal yang tidak mungkin. 


KOMPAS.com – Sukses berbisnis bisa diraih sedari muda. Nicholas Kurniawan sudah membuktikan hal itu. Dari usaha jual beli ikan hias secara online, kini dia berhasil mengumpulkan omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan.

Awal cerita, teman Nicholas memberikan 100 ekor ikan Garra Rufa secara cuma-cuma ketika masih duduk di bangku SMA. Karena tak suka dengan ikan yang kerap digunakan untuk fish pedicure atau terapi ikan ini, dia membuat toko online bernama "Garra Rupa Center" untuk menjual ikan tersebut.

Tanpa diduga, usaha itu bisa menghasilkan keuntungan Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per bulan. Melihat hal ini sebagai peluang bisnis, Nicholas pun mulai serius menambah produk ikan hias jenis lain untuk dijual.

Meski begitu, Nicholas tak melupakan pentingnya pendidikan. Dia tetap melanjutkan kuliah ke salah satu sekolah bisnis di Jakarta untuk menunjang usahanya. Sambil berkuliah, ia bahkan berhasil menembus penjualan Garra Rufa ke sejumlah mal di Indonesia.

Pada 2011, lewat toko online baru bernama Venus Aquatics, bisnis Nicholas makin berkibar. Dia mendapatkan kesempatan melakukan ekspor berbagai jenis ikan hias, terutama Garra Rufa.

Dailymail.co.uk 
Ikan Garra Rufa lebih sering dimanfaatkan untuk terapi ikan yang digunakan di hampir seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

"Saya ekspor ikan hias sudah ke banyak negara. Tapi kebanyakan saya kirim ke Eropa. Di sana permintaan ikan hias cukup tinggi," kata Nicholas, dikutip Kompas.com, Kamis (6/3/2014).

Ia menyebutkan, Amerika Serikat, Tiongkok, dan negara di Timur Tengah cukup rutin pula membeli produk ikan hiasnya. Kini, sebagian besar pendapatan dia peroleh dari hasil ekspor.

"Bisa mencapai Rp 500 juta per bulan. Tapi, kadang hanya Rp 100 juta atau Rp 200 juta per bulan. Jadi, tidak menentu," tutur Nicholas.

Kegagalan bukan akhir

Jika Nicholas berhasil meraup untung dari satu jenis bisnis, lain cerita dengan Hafizh Suradiharja. Sebelum pemilik CV Roti John Bali Fresh ini sukses berbisnis di usai 25 tahun, ia berulang kali terpaksa menelan pahit kegagalan dalam merintis usaha.

Pada 2006, saat pria kelahiran 1988 ini masih berstatus mahasiswa, ia sempat mencoba bisnis sekolah disk jockey (DJ). Setahun bangkrut, Hafizh beralih ke usaha kuliner, tepatnya kedai sop buah. Lagi-lagi, karena kalah saing, kedai terpaksa tutup buku.

Berkongsi dengan pebisnis asal Singapura juga pernah dijajalnya. Namun, hanya berjalan enam bulan, kerja sama itu batal.

"Partner saya yang jauh lebih tua memiliki pola pikir sangat hati-hati, berbeda dengan saya yang terlampau bersemangat saat itu," kenang Hafizh.

Memang, manusia tak pernah tahu rencana Tuhan. Dari kongsian yang gagal total dengan warga Negeri Kepala Singa itu, Hafizh justru berhasil membuka gerai roti yang kemudian melambungkan usahanya.

www.johnfresh.com 
Roti John dengan oriental sauce, salah satu menu yang dikembangkan Hafizh.

"Partner dari Singapura itu selalu membawakan roti John ketika dia pulang," kata Hafizh.

Di sana, roti jenis itu sering disantap sebagai pengganti sarapan pagi. Kini, sudah ada 50 gerai roti John. Kegagalan yang pernah diecap Hafizh pun berbuah manis. Setiap hari dia bisa memproduksi sekitar 500 hingga 1.000 roti. Dalam sebulan, dia mampu meraih omzet hingga ratusan juta rupiah.

Semangat muda

Pemuda memang punya semangat juang tinggi dan lebih nekat mengambil risiko. Maka tak salah jika Presiden Soekarno pernah berkata, "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

Semangat mereka memberikan energi, meniti usaha sambil menamatkan pendidikan jadi aktivitas sehari-hari di berbagai belahan dunia. Survey YouthSight pada Februari 2015 mendapati 10 persen mahasiswa di Inggris ternyata sudah memulai bisnis sendiri, sedangkan 17 persen lainnya berencana membuka usaha sebelum lulus kuliah.

THINKSTOCKPHOTOS 
Mencari peluang bisnis sambil merampungkan kuliah bukan hal tidak mungkin.

Jika ingin mengikuti jejak Nicholas dan Hafizh menjadi pengusaha di usia muda, maka jangan takut memulai. Ingat, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Paling penting, kita punya semangat untuk bangkit dan belajar dari pengalaman itu.

Hal lain yang perlu diperhatikan sebagai pebisnis muda yaitu menjaga tubuh tetap sehat dan berenergi. Menjadi pengusaha sambil berkuliah atau bekerja tidaklah mudah. Anda dituntut memiliki tubuh "baja", bisa bekerja kapanpun, termasuk di jam-jam istirahat atau hari libur.

Karena itu, asupan makanan harus dijaga. Di saat-saat super sibuk, Anda bisa memanfaatkan minuman berenergi, misalnya, Kratingdaeng Pro yang diracik khusus bagi pemuda agar semangat tetap terjaga. Terlebih lagi, Kratingdaeng sudah berpengalaman selama 25 tahun di Indonesia.

Salam sukses!



Tanggal : Senin, 13 Juni 2016
Sumber : KOMPAS.com
http://edukasi.kompas.com/read/2016/06/13/04310071/Jangan.Ketinggalan.Bangun.Bisnis.Bisa.Sambil.Kuliah.

Selasa, 21 Juni 2016

Masalah Pokok Perekonomian Indonesia


A.    Jenis-jenis pengangguran yang dapat disebutkan diantaranya :

 
Pengangguran Friksionil, yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang memilih mengganggur sambil menunggu pekerjaan yang lebih baik, yang memberikan fasilitas dan keadaan yang lebih baik.

Pengangguran Struktural, yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang diberhentikan oleh perusahaan, karena kondisi perusahaan yang sedang mengalami kemunduran usaha, sehingga terpaksa mengurangi tenaga kerja.

Pengangguran Siklikal, yakni pengangguran yang terjadi karena terjadinya pengurangan tenaga kerja yang secara menyeluruh, dikarenakan kemunduran dan resesi ekonomi. Sehingga ini mirip dengan pengangguran struktural, hanya pada pengangguran jenis ini, kejadiannya adalah lebih meluas dan menyeluruh.

Pengangguran Musiman, yakni pengangguran yang terjadinya dipengaruhi oleh musim. Jenis pengangguran ini sering terjadi pada sektor pertanian. Misalnya ketika masa tanam dan panen, mereka berbondong-bondong bekerja dan setelah masa tersebut mereka kembali tidak memiliki pekerjaan.

Pengangguran Tidak Kentara, yakni pengangguran yang secara fisik dan sepintas tidak kelihatan, namun secara ekonomi dapat dibuktikan bahwa seseorang tersebut sesungguhnya menganggur.

B.     Beberapa rasio-rasio untuk menghitung tingkat pengangguran :


Dependency Ratio, rasio ini menggambarkan seberapa besar beban secara ekonomi yang sebenarnya ditanggung oleh penduduk usia kerja terhadap penduduk di luar usia kerja. Indikator ekonomi ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat beban atau ketergantungan penduduk yang tidak produktif terhadap penduduk yang produktif. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin besar pula beban yang harus ditanggung oleh penduduk yang produktif (dapat menghambat proses menuju kemakmuran secara menyeluruh).

Formulasi dari rasio ini adalah :

DR = Penduduk usia kerja dibagi penduduk diluar usia kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, adalah rasio yang mengukur seberapa besar dari penduduk yang berada dalam usia kerja yang benar-benar merupakan angatan kerja. Indikator ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana prosentase penduduk yang telah memiliki usia kerja telah bekerja/produktif. Semakin tinggi hasil perhitungan indikator ini, semakin baik pula keadaannya.

Formulasi dari rasio ini adalah :

TPAK = (Angkatan kerja / Penduduk usia kerja) X 100%

C. Pembagian inflasi dari sudut pandang yang berbeda dari para ahli ekonomi :


Jika dilihat dari parah tidaknya, atau besar kecilnya inflasi yang muncul, inflasi dapat dibagi dalam :

Inflasi ringan jika nilainya berkisar        0% s/d 10%
Inflasi sedang jika nilainya berkisar     10% s/d 30%
Inflasi berat jika nilainya berkisar       30% s/d 100%
Hyperinflasi jika nilainy                      > 100%

Jika dilihat dari sebab-sebab kemunculannya dibagi dalam :

Inflasi karena naiknya permintaan, yakni inflasi yang terjadi karena adanya gejala naiknya permintaan secara umum, sehingga sesuai dengan hukum permintaan maka hargapun secara umum akan cenderung naik. Proses terjadinya dapat dilihat dari grafik berikut :

Inflasi yang terjadi karena naiknya biaya  produksi, terjadi jika kecenderungan naiknya harga diakibatkan karena naiknya biaya produksi, seperti naiknya upah tenaga kerja, naiknya harga bahan baku dan penolong, dan sejenisnya. Jika ini yang terjadi akibatnya adalah lebih buruk dari inflasi yang disebabkan karena naiknya permintaan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut :

Inflasi yang berasal dari dalam negeri, adalah inflasi yang terjadi dikarenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam negeri, seperti misalnya peredaran uang di dalam negeri yang terlalu banyak.

Inflasi yang berasal dari luar negeri, inflasi yang terjadi di negara lain seringkali merembet ke negara Indonesia. Proses terjadinya diawali dengan masuknya komoditi impor yang telah terkena inflasi (harga naik) di negara asalnya. Sehingga komoditi impor tersebut kita beli dengan harga yang mahal pula. Jika kemudian komoditi tersebut kita olah sebagai bahan baku untuk untuk sebuah produk, maka tentu harga produk tersebut akan menjadi mahal. Dengan demikian semakin banyak kita mengimpor komoditi-komoditi yang terkena inflasi di negara asalnya maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya inflasi di Indonesia.

D.    Dampak positif dan negatif dari inflasi :


Dampak Positif :
  • Inflasi yang terkendali menggambarkan adanya aktivitas ekonomi dalam suatu negara,
  • Inflasi terkendali merangsang masyarakat untuk terus berusaha bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraannya, agar tetap dapat mengikuti penurunan nilai riil pendapatannya.
Dampak Negatif :
  • Inflasi akan menjadikan turunnya pendapatan riil masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Karena dengan penghasilan yang tetap mereka tidak dapat menyesuaikan pendapatannya (menaikkan pendapatannya) dengan kenaikan harga yang disebabkan karena inflasi.
  • Inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk kas, karena nilai tukar kas (uang misalnya) tersebut akan menjadi lebih kecil, karena secara nominal (sesuai angka yang tertera di mata uang) harus menghadapi harga komoditi persatuan yang lebih besar.
  • Inflasi akan menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun, sehingga orang akan cenderung memilih menginvestasikan uangnya dalam aktiva yang lebih baik, dari pada menabungkannya ke bank.
  • Inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terhambat, sebagai contoh, dari sektor perdagangan luar negeri, maka komoditi ekspor Indonesia menjadi tidak dapat lagi bersaing dengan komoditi sejenis di pasar dunia.

Sumber :
Buku Perekonomian Indonesia Diktat Gunadarma Hal, 92, 93, 96, 98
https://bursanom.com/wp-content/uploads/2015/08/pengangguran.jpg
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSR8qjLcKPu36xxdGDHA3jzfRWZqW5DpAzOy_xCB9wmgQiDqTaJ_w
http://images.slideplayer.info/16/4888854/slides/slide_5.jpg
https://kweelizabethjanice.files.wordpress.com/2011/03/ekonomi-indonesia.jpg
http://www.seputarforex.com/sfmateri/sf188537_gb.jpg

Kamis, 16 Juni 2016

Kenapa Lulusan Perguruan Tinggi Makin Susah Mendapat Pekerjaan?


JAKARTA. Lulusan perguruan tinggi Indonesia sedang mengalami dilema, sebab gelar ijazah pendidikan tinggi yang mereka raih tak lagi jadi jaminan mudah untuk mendapat pekerjaan. Kesulitan mereka terserap dunia kerja semakin bertambah berat, karena mulai 1 Januari tahun ini mereka juga bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara-negara ASEAN sebagai dampak berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Sulitnya lulusan universitas lokal memperoleh pekerjaan sudah terlihat dari angka pengangguran terdidik Indonesia yang meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2014, di Indonesia ada 9,5 persen (688.660 orang) dari total penganggur yang merupakan alumni perguruan tinggi.

Mereka memiliki ijazah diploma tiga atau ijazah strata satu (S-1) . Dari jumlah itu, penganggur paling tinggi merupakan lulusan universitas bergelar S-1 sebanyak 495.143 orang.

Angka pengangguran terdidik pada 2014 itu meningkat dibandingkan penganggur lulusan perguruan tinggi pada 2013 yang hanya 8,36 persen (619.288 orang) dan pada 2012 sebesar 8,79 persen (645.866 orang).

"Tingkat pengangguran terbuka Indonesia berdasarkan pendidikan yang ditamatkan cukup membahayakan," kata mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Djalal, pada Kompas, (27/4/2015).

Menurut Fasli, Indonesia perlu mendesain ulang konsep pendidikan tinggi agar lulusannya mudah diserap industri.

"Apa masih perlu mendidik anak selama empat tahun di perguruan tinggi atau cukup memberikan pelatihan bersertifikat internasional enam bulan agar mereka bisa langsung bekerja di sejumlah negara," ujarnya.

Banyaknya lulusan perguruan tinggi menganggur karena adanya ketimpangan antara profil lulusan universitas dengan kualifikasi tenaga kerja siap pakai yang dibutuhkan perusahaan. Berdasarkan hasil studi Willis Towers Watson tentang Talent Management and Rewards sejak tahun 2014 mengungkap, delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang siap pakai.

Masih menurut hasil studi itu, semestinya perusahaan tidak sulit mencari tenaga kerja, sebab angka pertumbuhan lulusan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahun selalu bertambah. Sementara itu, angka permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja selalu lebih rendah dari pada jumlah lulusannya.

"Setelah India dan Brasil, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan pertumbuhan lulusan universitas lebih dari 4 persen dan rata-rata surplus 1.5 persen per tahun. Tapi, perusahaan tetap kesulitan mendapatkan karyawan yang berpotensi tinggi," ujar Consultant Director, Willis Tower Watson Indonesia, Lilis Halim pada diskusi A Taste Of L’oreal, Rabu (20/4/2016).

Susah terserapnya lulusan perguruan tinggi Indonesia karena tidak memiliki skill yang dibutuhkan perusahaan dan tidak punya critical skill.

"Skill adalah langkah utama memasuki dunia kerja, setelah itu harus punya critical skill jika ingin berkembang dan masuk jajaran manajemen perusahaan," kata Lilis.
Berdasarkan studi itu, Lilis mengatakan bahwa di era digital saat ini lulusan perguruan tinggi harus punya digital skills, yaitu tahu dan menguasai dunia digital. Agile thinking ability - mampu berpikir banyak skenario- serta interpersonal and communication skills - keahlian berkomunikasi sehingga berani adu pendapat.

Terakhir, menurut dia, para lulusan juga harus punya global skills. Skil tersebut meliputi kemampuan bahasa asing, bisa padu dan menyatu dengan orang asing yang berbeda budaya, dan punya sensitivitas terhadap nilai budaya.

Harus bersinergi

Pakar pendidikan Indonesia, Arief Rachman, yang juga jadi panelis dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa kualitas lulusan perguruan tinggi yang tak sesuai kebutuhan dunia industri adalah akibat kesalahan sistem pendidikan Indonesia selama 20 tahun lalu.

"Selama ini mahasiswa hanya disuruh belajar untuk lulus jadi sarjana. Mereka hanya mengejar status bukan proses untuk menjadi sarjana. Akhirnya mereka jadi tak punya pemahaman apa-apa terhadap proses pendidikan yang sudah dilalui," ujarnya.

Arief juga mengajak orang tua, guru dan dosen untuk  mengajarkan kepada generasi muda agar tidak takut terhadap perubahan. Ia juga mengkiritik terhadap orang yang kontra dengan perubahan kurikulum pendidikan.

"Jangan takut kurikulum pendidikan berubah, sebab perubahan itu juga untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri dan dunia yang dinamis," kata Arief.

Guru besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu juga berharap agar pemerintah dan perguruan tinggi bisa mengajak pihak swasta untuk menyusun kurikulum yang tepat bagi perguruan tinggi.

"Kurikulum harus dibentuk juga oleh teman-teman dari swasta, sebab dari swasta kita jadi tahu pengalaman di lapangan dan itu merupakan guru paling hebat bagi mahasiswa," ujarnya.


Tanggal : Sabtu, 23 April 2016
Sumber : KOMPAS.com

http://edukasi.kompas.com/read/2016/04/23/17424071/Kenapa.Lulusan.Perguruan.Tinggi.Makin.Susah.Mendapat.Pekerjaan.

Senin, 13 Juni 2016

Jenis-Jenis Uang, IHK, GDP Harga konstan, GDP Harga Berlaku



Uang Kartal, yakni uang kertas dan logam yang biasa dikenal masyarakat sehari-hari. Jenis uang ini hanya boleh dicetak oleh Bank Indonesia melalui Percetakan Uang Negara.


Uang Giral, yakni saldo-saldo rekening bank yang sewaktu-waktu dapat dipakai sebagai alat pembayaran melalui cek, giro, atau surat perintah lainnya. Bersama dengan uang kartal, uang jenis inilah yang disebut dengan Uang Beredar (M1)



Uang Kuasi, adalah bentuk uang yang tidak setiap saat dapat dipergunakan untuk alat pembayaran karena adanya keterikatan waktu. Contoh dari uang jenis ini adalah deposito berjangka, tabungan dan rekening valuta asing milik swasta domestik (laporan Bank Indonesia 1982/83). Jika uang jenis ini ditambah uang kartal dan giral maka disebut dengan Likuiditas Perekonomian (M2)

Catatan :
M1 = Uang kartal + Uang giral
M2 = M1 + Uang Kuasi



Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah nomor indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household). IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya.

Formulasi indeks harga dapat dicari dengan rumus LASPEYERS, dan yang sederhana adalah :

Indeks Harga          = (Current Price / Base-Period Price) X 100

Dimana :
Current Price          = Harga Pada Periode Berjalan
Based-Period Price = Harga Pada Periode Dasar


Dalam perhitungan Gross Domestic Product (GDP) nilai nilai yang dihitung berdasarkan Harga Konstan dan Harga Berlaku :

 
Harga Konstan (Base-Year Period), artinya nilai barang-jasa yang dihasilkan dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar (IHK =100), dengan kata lain telah mengesampingkan pengaruh kenaikan harga/inflasi. 

Harga Berlaku (Current Year Period), artinya nilai barang-jasa dihitung berdasarkan harga pada tahun yang bersangkutan, yang berarti termasuk kenaikan harga-harga ikut dihitung (mempertimbangkan faktor/pengaruh inflasi)

Rumus GDP Harga Konstan : 
GDPHKx = (100/IHKX) . GDPHBx

Rumus GDP Harga Berlaku :
GDPHBx = (GDPHKx . IHKX) / 100

Dimana :
GDP = Gross Domestic Product
H Kx = Harga Konstan Tahun Tertentu
H Bx = Harga Berlaku Tahun Tertentu
IHKx = Indeks Harga Konsumen Tahun Tertentu
100  = IHK Tahun dasar


Sumber : 

Buku Perekonomian Indonesia Diktat Gunadarma Hal, 240, 244, 245

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge6LlB-2G_sjozfDIkJ601TuInNRlUON8BckHeJFSlIuR77N4CsIkNiJcl4athCGkEyydQqq6GCRmzj3tnCH0vg8vdyb_yRxJWc0NRybQn-eCFrf3yIYl4Op7f6vF0UHqfgu6vqKJLYP0/s1600/saham1.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQhRFmKZfd9Kz6iI8-Iuf3fgCmaItKTvYfhJui7R2nkP8PDV-TX3avm4dCgm7082abS0LXKF0MEkAybJNgS7tKtyNspGerkqKBtHs8WJGZTdiMhWCNhXwJ1EBXRkHBSBU7xjxOQDwuQfQ/s1600/e1.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge4E30Bzcs5n4ViH1i_d6sykkEhrnqt0NSUakVTp32Pq5G0iv8zTzNOFtOsOsJ3xPhm2MSPMBepLhA6_iCwBRh2DKTJswDErHo03yz8zsMTc9RFsEc5CjERONkDXh0v_tBbP4H25jhdMjZ/s1600/uanggiral.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYYx4NJn_E11BPZNAYmoUy4K4hm6ILoeXEv0PQNYyE2mNg4tRcaXo5-JPs8Ee9evMTIXWZoYmIbMg2tQRsRSUcTeDRMkT3K6SkErYQxow7SUSqIYZUiuEc7ZYTilHNNdfi3KMmXPoPGk4/s1600/inflasi.jpg

https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_harga_konsumen

http://images.slideplayer.info/16/4880272/slides/slide_6.jpg

http://static.inilah.com/data/berita/foto/2275569.jpg