Memulai bisnis sedari muda, bahkan sejak masih berstatus mahasiswa, bukanlah hal yang tidak mungkin.
KOMPAS.com – Sukses berbisnis bisa diraih sedari
muda. Nicholas Kurniawan sudah membuktikan hal itu. Dari usaha jual beli
ikan hias secara online, kini dia berhasil mengumpulkan omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan.
Awal cerita, teman Nicholas memberikan 100 ekor ikan Garra Rufa
secara cuma-cuma ketika masih duduk di bangku SMA. Karena tak suka
dengan ikan yang kerap digunakan untuk fish pedicure atau terapi ikan ini, dia membuat toko online bernama "Garra Rupa Center" untuk menjual ikan tersebut.
Tanpa diduga, usaha itu bisa menghasilkan keuntungan Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per bulan. Melihat hal ini sebagai peluang bisnis, Nicholas pun mulai serius menambah produk ikan hias jenis lain untuk dijual.
Meski begitu, Nicholas tak melupakan pentingnya pendidikan. Dia tetap melanjutkan kuliah ke salah satu sekolah bisnis di Jakarta untuk menunjang usahanya. Sambil berkuliah, ia bahkan berhasil menembus penjualan Garra Rufa ke sejumlah mal di Indonesia.
Tanpa diduga, usaha itu bisa menghasilkan keuntungan Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per bulan. Melihat hal ini sebagai peluang bisnis, Nicholas pun mulai serius menambah produk ikan hias jenis lain untuk dijual.
Meski begitu, Nicholas tak melupakan pentingnya pendidikan. Dia tetap melanjutkan kuliah ke salah satu sekolah bisnis di Jakarta untuk menunjang usahanya. Sambil berkuliah, ia bahkan berhasil menembus penjualan Garra Rufa ke sejumlah mal di Indonesia.
Pada 2011, lewat toko online baru bernama Venus Aquatics,
bisnis Nicholas makin berkibar. Dia mendapatkan kesempatan melakukan
ekspor berbagai jenis ikan hias, terutama Garra Rufa.
Ikan Garra Rufa lebih sering dimanfaatkan untuk terapi ikan yang digunakan di hampir seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
"Saya ekspor ikan hias sudah ke banyak negara. Tapi kebanyakan saya
kirim ke Eropa. Di sana permintaan ikan hias cukup tinggi," kata
Nicholas, dikutip Kompas.com, Kamis (6/3/2014).
Ia menyebutkan, Amerika Serikat, Tiongkok, dan negara di Timur Tengah
cukup rutin pula membeli produk ikan hiasnya. Kini, sebagian besar
pendapatan dia peroleh dari hasil ekspor.
"Bisa mencapai Rp 500 juta per bulan. Tapi, kadang hanya Rp 100 juta atau Rp 200 juta per bulan. Jadi, tidak menentu," tutur Nicholas.
"Bisa mencapai Rp 500 juta per bulan. Tapi, kadang hanya Rp 100 juta atau Rp 200 juta per bulan. Jadi, tidak menentu," tutur Nicholas.
Kegagalan bukan akhir
Jika Nicholas berhasil meraup untung dari satu jenis bisnis, lain cerita dengan Hafizh Suradiharja. Sebelum pemilik CV Roti John Bali Fresh ini sukses berbisnis di usai 25 tahun, ia berulang kali terpaksa menelan pahit kegagalan dalam merintis usaha.
Pada 2006, saat pria kelahiran 1988 ini masih berstatus mahasiswa, ia sempat mencoba bisnis sekolah disk jockey (DJ). Setahun bangkrut, Hafizh beralih ke usaha kuliner, tepatnya kedai sop buah. Lagi-lagi, karena kalah saing, kedai terpaksa tutup buku.
Berkongsi dengan pebisnis asal Singapura juga pernah dijajalnya. Namun, hanya berjalan enam bulan, kerja sama itu batal.
Jika Nicholas berhasil meraup untung dari satu jenis bisnis, lain cerita dengan Hafizh Suradiharja. Sebelum pemilik CV Roti John Bali Fresh ini sukses berbisnis di usai 25 tahun, ia berulang kali terpaksa menelan pahit kegagalan dalam merintis usaha.
Pada 2006, saat pria kelahiran 1988 ini masih berstatus mahasiswa, ia sempat mencoba bisnis sekolah disk jockey (DJ). Setahun bangkrut, Hafizh beralih ke usaha kuliner, tepatnya kedai sop buah. Lagi-lagi, karena kalah saing, kedai terpaksa tutup buku.
Berkongsi dengan pebisnis asal Singapura juga pernah dijajalnya. Namun, hanya berjalan enam bulan, kerja sama itu batal.
"Partner saya yang jauh lebih tua memiliki pola pikir sangat
hati-hati, berbeda dengan saya yang terlampau bersemangat saat itu,"
kenang Hafizh.
Memang, manusia tak pernah tahu rencana Tuhan. Dari kongsian yang
gagal total dengan warga Negeri Kepala Singa itu, Hafizh justru berhasil
membuka gerai roti yang kemudian melambungkan usahanya.
"Partner dari Singapura itu selalu membawakan roti John ketika dia pulang," kata Hafizh.
Di sana, roti jenis itu sering disantap sebagai pengganti sarapan
pagi. Kini, sudah ada 50 gerai roti John. Kegagalan yang pernah diecap
Hafizh pun berbuah manis. Setiap hari dia bisa memproduksi sekitar 500
hingga 1.000 roti. Dalam sebulan, dia mampu meraih omzet hingga ratusan
juta rupiah.
Semangat muda
Pemuda memang punya semangat juang tinggi dan lebih nekat mengambil
risiko. Maka tak salah jika Presiden Soekarno pernah berkata, "Berikan
aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan
aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".
Semangat mereka memberikan energi, meniti usaha sambil menamatkan
pendidikan jadi aktivitas sehari-hari di berbagai belahan dunia. Survey
YouthSight pada Februari 2015 mendapati 10 persen mahasiswa di Inggris
ternyata sudah memulai bisnis sendiri, sedangkan 17 persen lainnya
berencana membuka usaha sebelum lulus kuliah.
Jika ingin mengikuti jejak Nicholas dan Hafizh menjadi pengusaha di usia
muda, maka jangan takut memulai. Ingat, kegagalan adalah keberhasilan
yang tertunda. Paling penting, kita punya semangat untuk bangkit dan
belajar dari pengalaman itu.
Hal lain yang perlu diperhatikan sebagai pebisnis muda yaitu menjaga
tubuh tetap sehat dan berenergi. Menjadi pengusaha sambil berkuliah atau
bekerja tidaklah mudah. Anda dituntut memiliki tubuh "baja", bisa
bekerja kapanpun, termasuk di jam-jam istirahat atau hari libur.
Salam sukses!
Tanggal : Senin, 13 Juni 2016
Sumber : KOMPAS.com
http://edukasi.kompas.com/read/2016/06/13/04310071/Jangan.Ketinggalan.Bangun.Bisnis.Bisa.Sambil.Kuliah.