A.
Jenis-jenis
pengangguran yang dapat disebutkan diantaranya :
Pengangguran Friksionil,
yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang memilih mengganggur sambil
menunggu pekerjaan yang lebih baik, yang memberikan fasilitas dan keadaan yang
lebih baik.
Pengangguran Struktural,
yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang diberhentikan oleh perusahaan,
karena kondisi perusahaan yang sedang mengalami kemunduran usaha, sehingga
terpaksa mengurangi tenaga kerja.
Pengangguran Siklikal,
yakni pengangguran yang terjadi karena terjadinya pengurangan tenaga kerja yang
secara menyeluruh, dikarenakan kemunduran dan resesi ekonomi. Sehingga ini
mirip dengan pengangguran struktural, hanya pada pengangguran jenis ini,
kejadiannya adalah lebih meluas dan menyeluruh.
Pengangguran Musiman,
yakni pengangguran yang terjadinya dipengaruhi oleh musim. Jenis pengangguran
ini sering terjadi pada sektor pertanian. Misalnya ketika masa tanam dan panen,
mereka berbondong-bondong bekerja dan setelah masa tersebut mereka kembali
tidak memiliki pekerjaan.
Pengangguran Tidak
Kentara, yakni pengangguran yang secara fisik dan
sepintas tidak kelihatan, namun secara ekonomi dapat dibuktikan bahwa seseorang
tersebut sesungguhnya menganggur.
B.
Beberapa
rasio-rasio untuk menghitung tingkat pengangguran :
Dependency Ratio,
rasio ini menggambarkan seberapa besar beban secara ekonomi yang sebenarnya
ditanggung oleh penduduk usia kerja terhadap penduduk di luar usia kerja.
Indikator ekonomi ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat beban
atau ketergantungan penduduk yang tidak produktif terhadap penduduk yang
produktif. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin besar pula beban yang harus
ditanggung oleh penduduk yang produktif (dapat menghambat proses menuju
kemakmuran secara menyeluruh).
Formulasi dari rasio ini
adalah :
DR = Penduduk usia kerja
dibagi penduduk diluar usia kerja
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja, adalah rasio yang mengukur seberapa besar
dari penduduk yang berada dalam usia kerja yang benar-benar merupakan angatan
kerja. Indikator ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana prosentase
penduduk yang telah memiliki usia kerja telah bekerja/produktif. Semakin tinggi
hasil perhitungan indikator ini, semakin baik pula keadaannya.
Formulasi dari rasio ini adalah :
TPAK = (Angkatan kerja /
Penduduk usia kerja) X 100%
C. Pembagian
inflasi dari sudut pandang yang berbeda dari para ahli ekonomi :
Jika
dilihat dari parah tidaknya, atau besar kecilnya inflasi yang muncul, inflasi
dapat dibagi dalam :
Inflasi
ringan jika nilainya berkisar 0% s/d
10%
Inflasi
sedang jika nilainya berkisar 10% s/d
30%
Inflasi
berat jika nilainya berkisar 30% s/d
100%
Hyperinflasi
jika nilainy >
100%
Jika
dilihat dari sebab-sebab kemunculannya dibagi dalam :
Inflasi karena naiknya
permintaan, yakni inflasi yang terjadi karena adanya
gejala naiknya permintaan secara umum, sehingga sesuai dengan hukum permintaan
maka hargapun secara umum akan cenderung naik. Proses terjadinya dapat dilihat
dari grafik berikut :
Inflasi yang terjadi
karena naiknya biaya produksi,
terjadi jika kecenderungan naiknya harga diakibatkan karena naiknya biaya
produksi, seperti naiknya upah tenaga kerja, naiknya harga bahan baku dan
penolong, dan sejenisnya. Jika ini yang terjadi akibatnya adalah lebih buruk
dari inflasi yang disebabkan karena naiknya permintaan masyarakat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut :
Inflasi yang berasal dari dalam negeri, adalah inflasi yang terjadi dikarenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam negeri, seperti misalnya peredaran uang di dalam negeri yang terlalu banyak.
Inflasi yang berasal dari
luar negeri, inflasi yang terjadi di negara lain
seringkali merembet ke negara Indonesia. Proses terjadinya diawali dengan
masuknya komoditi impor yang telah terkena inflasi (harga naik) di negara
asalnya. Sehingga komoditi impor tersebut kita beli dengan harga yang mahal
pula. Jika kemudian komoditi tersebut kita olah sebagai bahan baku untuk untuk
sebuah produk, maka tentu harga produk tersebut akan menjadi mahal. Dengan
demikian semakin banyak kita mengimpor komoditi-komoditi yang terkena inflasi
di negara asalnya maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya inflasi di
Indonesia.
D.
Dampak
positif dan negatif dari inflasi :
Dampak Positif :
- Inflasi yang terkendali menggambarkan adanya aktivitas ekonomi dalam suatu negara,
- Inflasi terkendali merangsang masyarakat untuk terus berusaha bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraannya, agar tetap dapat mengikuti penurunan nilai riil pendapatannya.
Dampak Negatif :
- Inflasi akan menjadikan turunnya pendapatan riil masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Karena dengan penghasilan yang tetap mereka tidak dapat menyesuaikan pendapatannya (menaikkan pendapatannya) dengan kenaikan harga yang disebabkan karena inflasi.
- Inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk kas, karena nilai tukar kas (uang misalnya) tersebut akan menjadi lebih kecil, karena secara nominal (sesuai angka yang tertera di mata uang) harus menghadapi harga komoditi persatuan yang lebih besar.
- Inflasi akan menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun, sehingga orang akan cenderung memilih menginvestasikan uangnya dalam aktiva yang lebih baik, dari pada menabungkannya ke bank.
- Inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terhambat, sebagai contoh, dari sektor perdagangan luar negeri, maka komoditi ekspor Indonesia menjadi tidak dapat lagi bersaing dengan komoditi sejenis di pasar dunia.
Sumber :
Buku Perekonomian Indonesia Diktat Gunadarma Hal, 92, 93, 96, 98
https://bursanom.com/wp-content/uploads/2015/08/pengangguran.jpg
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSR8qjLcKPu36xxdGDHA3jzfRWZqW5DpAzOy_xCB9wmgQiDqTaJ_w
http://images.slideplayer.info/16/4888854/slides/slide_5.jpg
https://kweelizabethjanice.files.wordpress.com/2011/03/ekonomi-indonesia.jpg
http://www.seputarforex.com/sfmateri/sf188537_gb.jpg
0 komentar:
Posting Komentar